1. Pendahuluan Masalah
Pembangunan disuatu negara sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang dimiliki, karena manusia merupakan pelaksana pembangunan tersebut. Sehingga apabila pelaksana pembangunan itu tidak mumpuni, maka pembangunanpun akan selamanya tidak berjalan statis.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas pelaksana pembangunan pemerintah dengan warganya harus berdampingan. Saling mengisi untuk terciptanya pembangunan bangsa.
Namun, masalah yang kini dihadapi adalah karena investasi pembangunan berpemasukan pada generasi yang kurang berkualitas dan kurang mempunyai skill. Baik itu karena faktor dari generasi tersebut maupun faktor dari luar generasi itu.
Dengan faktualisasi seperti itu, penulis ingin menyampaikan pemikirannya dalam artikel ini, dengan maksud supaya pembaca dapat memperoleh referensi dalam hal mengurangi krisis kulaitas pada anak atau pemuda dalam pembangunan bangsa Indonesia ini.
2. Hantu Pembangunan Di Indonesia
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2002 mencapai 217,1 Juta jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai angka 1,8 % per tahun. Angka harapan hidup mencapai 66,6 tahun. Jumlah penduduk Indonesia tersebut menempati urutan ke-4 didunia. Tingkat pendidikan yang melek huruf (mampu membaca dan menulis) sekitar 87,9 %, dengan rasio penduduk yang pernah masuk SD dan SMP masing-masing menunjukkan angka 92% dan 47%.
Dari melihat kenyataan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa pengkonsumsi pendidikan formal di Indonesia masih sedikit. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat.
Sementara itu, untuk merealisasikan pembangunan nasional secara mutlak haruslah didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju, produktif, dan profesional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berorientasikan pada terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Berdasarkan data Susenas 2006, jumlah pemuda Indonesia tahun 2006 mencapai 80,8 juta jiwa atau 36,4 persen dari total penduduk yang terdiri dari 40,1 juta pemuda laki-laki dan 40,7 juta pemuda perempuan. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, tampak bahwa pemuda yang tinggal di pedesaan jumlahnya lebih banyak daripada pemuda yang tinggal di perkotaan (43,4 juta berbanding 37,4 juta).
Dengan jumlah yang sangat banyak pemuda sangat berpotensi dan berpengaruh pada masa depan bangsa, bahkan boleh dikatakan kalau para pemuda adalah denyut jantung bangsa. Lewat partisipasinya dari dahulu hingga sekarang, pemuda memberikan kontribusi yang sangat besar pada perkembangan bangsa Indonesia ini. Misalnya pada Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, itu ada karena ada pergerakan nasional dari para pemuda yang berinisiatif mendirikan organisasi Budi Utomo. Karena mereka ingin merubah perjuangan bangsa Indonesia yang dahulunya bersifat kedaerahan menjadi nasional, yakni dengan memasuki fase perjuangan berbasis kesadaran kebangsaan (nasionalisme), untuk menggantikan semangat kedaerahan yang bersifat sporadis dan berdimensi sempit.
Kemudian Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), Transisi Politik 1966, dan Gerakan Reformasi 1998. Itu semua terjadi karena adanya sejarah pergerakan nasional yang telah membuktikan bahwa pemuda memiliki posisi dan peran strategis dalam mengubah peradaban bangsanya.
Dengan peran yang sangat dibutuhkan, pemuda menjadi tokoh penting dalam pembentukan dan pembangunan bangsa ini. Oleh sebab itu, bangsa sangat membutuhkan sekali akan adanya pemuda-pemuda yang berkualitas dalam kehidupannya. Karena jangan sampai rendahnya kualitas SDM penegak pembangunan suatu bangsa itu laksana manjadi hantu pembangunan. Namun, melihat realita kehidupan sekarang menunjukkan bahwa krisis kuaitas pemuda menjadi investasi pembangunan bangsa Indonesia ini.
Maka dari itu untuk mempercepat partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional dibutuhkan adanya diagnosa tentang kenyataan keadaan pemuda pada saat ini. Dengan memahami kenyataan keadaan pemuda sekarang ini, maka diagnosa atas permasalahan itu akan dilakukan secara lebih tepat, yang pada gilirannya akan memacu partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional. Sehubungan dengan ini, Pemerintah, dalam hal ini Kemennegpora meletakkan prioritas pembangunan kepemudaan pada aspek:
a.Nation and Character Building (pembangunan watak manusia Indonesia),
b.Peningkatan kapasitas dan daya saing pemuda.
Guna mendorong partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional, maka pemerintah meletakkan paradigma pembangunan kepemudaan sebagai berikut:
a.Mengutamakan Pemuda Sebagai Kategori Sosial (Social Category) dari pada Kategori Politik (Political Category),
b.Menghindarkan tiga langkah traumatis dalam pembangunan kepemudaan yakni:
1)Pembinaan
2)Pengawasan
3)Pengaturan
c.Melakukan reformasi pembangunan kepemudaan dengan melaksanakan tiga langkah pembangunan kepemudaan, yakni:
1)Pemberdayaan
Upaya yang dilakukan secara sistematis guna membangkitkan potensi pemuda agar berkemampuan untuk berperan serta dalam pembangunan. Memposisikan pemuda sebagai potensi dan kader yang harus dikembangkan
2)Pengembangan
Pengembangan pemuda yaitu upaya sistematis yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda.
3)Perlindungan
Upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka menjaga dan menolong pemuda terutama dalam menghadapi hal-hal sebagai berikut :
a)Demoralisasi
b)Degradasi Nasionalisme
c)Penetrasi paham non Pancasilais
d)Pengaruh Destruktif seperti Narkoba dan HIV/AIDS,
e)Perlindungan terhadap proses regenerasi, serta
f)Perlindungan terhadap hak dan kewajiban pemuda.
- Sepuluh Kegiatan Prioritas Pembangunan Kepemudaan
Guna memotivasi pemuda untuk membangkitkan peranannya dalam pembangunan nasional, maka pemerintah menetapkan 10 kegiatan prioritas khusus dalam bidang pemberdayaan pemuda.
a. Menyelesaikan dan mensosialisasi UU tentang kepemudaan,
b. Meningkatkan keserasian kebijakan pemuda,
c. Menyelenggarakan pertukaran pemuda antar negara,
d. Menyelenggarakan Pendidikan Bela Negara dan Jambore Pemuda Indonesia,
e. Mengembangkan wawasan dan kreativitas pemuda,
f. Mengembangkan Sentra Pemberdayaan Pemuda,
g. Meningkatkan Kapasitas IPTEK dan IMTAK Pemuda,
h. Memperluaskan Pilot Project Pengembangan Rumah Olah Mental Pemuda
Indonesia (ROMPI),
i. Meningkatkan Pengelolaan Lembaga Kepemudaan,
j. Mengembangkan Sistem Informasi Lembaga Kepemudaan.
3. Penutup Masalah
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa masalah utama yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dalam era pembangunan ini adalah masalah krisis kualitas para pelaksana pembangunan. Oleh sebab itu, penulis sarankan agar semua struktur dalam bangsa Indonesia ini ikut berpartisipasi dalam pembentukan nation and character building (pembangunan watak manusia Indonesia), supaya dapat meningkatan kapasitas dan daya saing sumber daya manusianya.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang, Sarwono dan Singgih Prihadi. 2009. Georafi Untuk SMA/MA Kelas XII. Surakarta:CV Putra Nugraha.
http://fp3su.blogspot.com
http://marcellinaceria.blogspot.com